Selasa, 10 Maret 2009

CANDI GUNUNG GANSIR

imusholli@ymail.com




BAB I

PENDAHULUAN



1. Rasional.

Laporan Penelitian merupakan proses awal pengenalan dan pemahaman mengenai situs-situs sejarah di sekitar siswa yang dalam kurikulum yang baru (KBK) merupakan bagian dari keseluruhan program penyelenggaraan sekolah yang wajib dilaksanakan oleh pihak pengelolah sebuah lembaga kependidikan moderen, artinya kegiatan pembimbingan siswa itu merupakan program terpadu dalam kegiatan intra-kurikuler sekolah.

Dalam kehidupan siswa tingkat SLTA (SMA) yang memiliki masa-masa transisi dari serangkaian pengalaman hidup seorang anak manusia, biasanya rasa keingin-tahuan dan keinginan mencoba sesuatu baru adalah mendominasi masa-masa transisi ini, yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan keluarganya, teman sepermainannya, lingkungan pendidikannya, maupun media-massa yang berupa TV, Internet, Koran, HP, dan lain-lain. Hal dapat menimbulkan masalah bagi anak se-usia SMA bila tidak segera mendapat saluran yang positif, bisa-bisa dapat menjadi masalah bagi kawula muda, termasuk para siswa saat ini.

Masalah-masalah tersebut bila tidak segera diatasi akan dapat menghambat proses belajar siswa yang akhirnya dapat menghambat perkembangan kepribadiannya. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik sudah selayaknya kita mengetahui gejala yang timbul pada peserta didiknya. Dengan demikian diharapkan laporan penelitian bisa memberi solusi bagi para pendidik agar dapat mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal.

Dengan selesainya Laporan Penelitian ini diharapkan para pendidik lebih sadar bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan dapat diwujudkan melaui solusi yang tepat, biarpun diakui oleh penulis hal itu memang tidak mudah dan pasti banyak hambatannya.

2. Tujuan Penelitian.

Tujuan penulisan laporan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk membantu siswa dalam memahami Sejarah di sekitarnya melalui situs-situs Sejarah yang tidak jauh dari lokasi sekolah mereka. Permasalahan yang sedang dihadapinya siswa saat ini adalah mulai lunturnya rasa nasionalisme, termasuk mulai memudarnya semangat mencintai Sejarahnya sendiri akibat kemajuan informasi dan teknoligi yang selalu mendewa-dewakan gaya hidup bangsa barat (Eropa). Padahal kemajuan ini tidak akan pernah ada bila tidak ada masa lalu yang menghantarkannya.

imusholli@ymail.com


Dan Presiden pertama kita, Ir. Soekarno pernah berpesan kepada kita ”Jangan sampai pernah melupakan Sejarah, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai jasa para pahlawannya”.


3. Metode.

Dengan berbagai keterbatasan waktu, tenaga, sumber, dan biaya, penulis mencoba bekerja keras untuyk dapat merampungkan penulisan laporan ini agar segera dapat dijadikan acuan dalam proses belajar penelitian sejarah oleh siswa, biarpun demikian penulis tetap berusaha agar laporan penelitian ini bisa masuk kategori penulisan Laporan Penelitian yang ilmiah.

Adapun metode yang penulis gunakan dalam proses penyusunan Laporan Penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Metode Empiris, Yaitu peneliti berusaha melihat dan mengkaji langsung ketempat situs

Sejarah berada.

2. Wawancara, Yaitu melakukan wawancara langsung kepada subyek agar dapat mengetahui

permasalahan secara lebih detail.

3. Metode Pustaka, Yaitu peneliti menelaah buku-buku Sejarah dan membanding-bandingkan

agar lebih cocok dengan permasalahan.

4. Metode Analisis, Yaitu peneliti setelah mendapatkan gambaran fisik situs candi dan mema-

dukan dengan hasil wawancara, dan buku-buku acuan, maka peneliti

siap menganalisa data-data yang ada untuk menyusun tulisan(Histo-

riografi) candi Gunung Gangsir.




4. Arti Penting Laporan Penelitian.

Laporan Penelitian ini menjadi sangat penting karena menyangkut propses penanaman kepedulian siswa terhadap benda-benda purbakala yang merupakan hasil kebudayaan berupa situs sejarah candi Gunung Gangsir yang seharusnya kita jaga dan kita rawat bersama. Hal ini dapat dijadikan aset berharga untuk membangun daerah.

Laporan Penelitian ini juga dapat membantu siswa dalam memahami teori-teori tentang Sejarah lokal sebagai bagian dari Sejarah Nasional.


5. Ruang Lingkup / Batasan Masalah.

Dalam penulisan Laporan Penelitian ini penulis mencoba untuk membatasi kajian permasalahan SEJARAH “CANDI GUNUNG GANSIR”

YANG TERDAPAT DI DESA GUNUNG GANGSIR KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR.


imusholli@ymail.com


Diharapkan dengan pembatasan permasalahan ini, penulis dapat lebih fokus dalam mengkaji permasalahan ini lebih detail dan dapat berhasil-guna bagi dunia pendidikan di SMA AVISENA khususnya, dan dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya.

Kesulitan membatasi kajian permasalahan memang dialami oleh setiap peneliti mengingat begitu banyak benda-benda bersejarah yang hilang dan sumber-sumber yang belum jelas.



Bentuk Candi Gunung Gangsir di foto dari sebelah barat candi.




imusholli@ymail.com




BAB II

PENELITIAN



1. Latar belakang.

Naiknya Mpu Sindok ke atas tahta kerajaan Medang pada tahun 929 Masehi, yaitu kira-kira sepuluh (10) tahun setelah dia menjabat pangkat yang tinggi dalam masa pemerintahan raja Dya Tulodong dan setelah itu dia jadi pembantu Sri maharaja Dya Wawa di bidang pemerintahan di Jawa Tengah, dia memindahkan pusat kerajaannya ke Watugaluh, yaitu daerah antara gunung Semeru dan gunung Wilis. Perpindahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur ini didukung adanya bukti-bukti arkeologis seperti prasasti dan bangunan-bangunan suci di Jawa Timur pada abad ke-10 Masehi jaman Mpu Sindok. Hal ini menunjukkan telah berakhirnya pusat kekuasaan di Jawa Tengah masa ini dan mulai munculnya dinasti baru di Jawa Timur, yakni dinasti Icana dan Mpu Sindok sebagai pendiri dinasti tersebut, perpindahan ini mungkin berlangsung damai, yakni melalui perkawinan.

Dalam masa pemerintahannya, Mpu Sindok tidak memerintah sendirian, dia dibantu oleh permaisurinya yang bernama Rakryan Bawang. Hal ini pemperlihatkan kepada kita bahwa ini salah satu contoh peran seorang perempuan dalam kekuasaan masyarakat Jawa memiliki martabat yang tinggi. Permaisuri Mpu Sindok ini bergelar Sri Parameswari Sriwardhani Pu Kbi, ia adalah anaknya putrinya Sri maharaja Dya Wawa, sedangkan Mpu Sindok sendiri bergelar Sri Maharaja Rake I Hino Sri Icanawikramadharmottunggadewa.

Lebih dari dua puluh (20) buah prasasti yang keluarkan oleh Mpu Sindok selama masa pemerintahannya, yaitu antara tahun 929 sampai tahun 948 Masehi. Bangunan candi-candi juga banyak tetapi semuanya bermotif Jawa Tengah, seperti Candi Badut di Malang, Candi Songgoriti di Batu, dan Candi Gunung Gansir di Beji Pasuruan. Dari informasi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa masa pemerintahan Mpu Sindok berjalan aman dan tentram. Hal ini dapat kita lihat dari usaha-usaha sosial yang dilakukannya selama memerintah, antara lain dengan banyaknya pemberian hadiah dan penghapusan pajak kepada daerah-daerah yang mengelolah dan menjaga bangunan-bangunan suci, seperti bangunan candi dan prasasti. Pembangunan tempat-tempat suci seperti ini jelas memiliki makna yang penting bagi kekuasaan Mpu Sindok. Pembangunan Candi misalnya, biasanya untuk menandai wilayah kekuasaan politik, atau untuk peringatan peristiwa tertentu, atau tempat tersebut menurut keyakinan mereka dianggap suci, dan lain-lain.



imusholli@ymail.com





2. Identifikasi Candi.

Memang sepintas lalu kalau kita melihat bentuk-bentuk bangunan candi hampir semuanya sama, tetapi bila kita amati satu-persatu bangunan candi tersebut akan tampak berbeda dan setiap candi memiliki ciri khas yang berbeda dari candi yang lain. Seperti yang terdapat pada bangunan candi Gunung Gangsir ini. Untuk lebih jelasnya mari kita amati satu-persatu bagian candi ini.


2.1. Bentuk Candi.

Peneliti mulai mengidentifikasi candi ini dengan membahas tentang bentuk Candi

Gunung Gangsir, antara lain:

  • Bentuk bangunannya tambun, segi empat bertingkat, semakin ke atas semakin mengecil (seperti Pagoda).

  • Lantai candi dua tingkat, yakni lantai dasar (tanah) dan lantai utama candi.

  • Seluruh bangunan terbuat dari batu-bata.

  • Ukuran bangunan: Panjang = 20 meter, lebar = 17 metr

Dan tingginya kira-kira 30 meter.

- Arah hadap ke barat (Gunung Penanggungan)


2.2. Lokasi Candi.

Lokasi Candi Gunung Gangsir berada di daerah lebih tinggi dibandingkan daerah di sekitarnya, oleh karena itu dinamakan Gunung Gangsir. Candi ini kurang-lebih empat (4) kilometer arah Selatan dari lokasi SMA AVISENA, dan candi ini berada di Dusun Keboncandi – Desa Gunung Gangsir – Kecamatan Beji – Kabupaten Pasuruan, serta candi ini berjarak lima (5) kilometer arah Timur Gunung Penanggungan.


2.3. Atribut Candi.

Bangunan Candi Gunung Gangsir memiliki relief timbul, bergaya naturalis, dan ornamen candi berhias bunga dan daun teratai yang indah di seluruh bagian lapak yang memisahkan tiap tingkat serta di sudut-sudut bangunannya. Juga terdapat hiasan burung Gelatik, Manusia berkaki burung, Bulus, Anjing, Buaya, Babi, Kuda terbang, Gajah, dan Bunga Teratai di dalam Jambangan atau Kendil yang indah. Hewan dan binatang di atas menunjukkan binatang-binatang yang biasa hidup di pantai atau rawa, sangat cocok bila Candi ini dahulu dianggap sebagai wilayah pantai atau pesisir, mengingat lokasi candi ini berada dekat dengan muara Kali Brantas dan Selat Madura, biarpun masyarakatnya bercorak agraris.


imusholli@ymail.com


Selain bentuknya tambun, Candi ini juga sangat unik, karena candi ini berada di Jawa Timur tetapi memiliki bentuk Kala (Kepala Raksasa) sebagai penunggu candi justru tidak berdagu, yang mengingatkan kita kepada bentuk-bentuk Kala di candi-candi Jawa Tengah. Sayang sekali bangunan candi yang indah ini kini lapuk dimakan usia, bagian-bagian penting dari bangunan candi juga banyak yang hancur dan hilang entah kemana. Seluruh banguan candi ini berbahan dasar Batu-Bata (Tanah-Liat yang dibakar) sehingga kurang bisa bertahan lama, bahkan pada renovasi pertama jaman penjajahan Belanda, pintu utama candi ini harus ditopang dengan batu-bata baru yang diberi bahan semen untuk mencegah agar tidak ambrol, sebenarnya hal ini menggangu ke-elok-an candi itu sendiri, bahkan renovasi yang ketiga sampai saat ini belum rampung juga, entah sampai kapan?

Bangunan candi ini bersifat Siwais, karena dihalaman candi ditemukan Lingga dan Yoni sebagai identifikasi dari dewa Siwa. Juga terdapat gambar relief Bhatari Durga yang bergaya naturalis dan candi ini kemungkinan di bangun pada awal abad ke sepuluh (10) masehi.


2.4. Masa Pembuatan.

Mengingat bentuk bangunan dan ornamen di candi Gunung Gangsir ini bergaya jaman Mataram Hindu Medang Jawa Tengah menunjukkan si pembuatnya pastilah orang dari Jawa Tengah atau setidak-tidaknya yang mengerjakan bangunan candi ini berasal dari Jawa Tengah. Dan raja dari Jawa Tengah yang memindahkan pusat kerajaannya ke wilayah timur tiada lain adalah raja Mpu Sindok pada awal abad ke sepuluh (10) masehi.

Pemerintahan raja Mpu Sindok berlansung dari tahun 929 sampai tahun 948 Masehi, dam melihat kondisi sosial waktu itu menunjukkan bahwa selama memerintah dia berlaku adil dan sangat toleran terhadap perbedaan keyakinan, biarpun beragama Hindu dia juga banyak memberi hadiah dan membangunkan tempat suci kepada para pendeta Budha aliran Tantrayana. Tidak hanya itu, bidang sastra-pun berkembang sangat pesat, bak jamur di musim hujan.


2.5. Legenda Candi.

Penulis mendapatkan cerita rakyat tentang candi ini dari Tetua desa yang bernama bapak Suwarto 75 tahun pensiunan sipir L.P. Pasuruan dan sekarang beliau sudah meninggal dunia, beliau seperti kebanyakan para sesepuh desa lainnya beliau suka bercerita yang katanya berasal dari eyangnya. Cerita itu bila dijelaskan sebagai berikut;

Dahulu penduduk sini (Masyarakat Gunung Gangsir - red.) tidak pandai bercocok tanam, mereka hanya hidup dari mencari ikan di sungai-sungai, di rawa, dan di ladang, tetapi karena tempat ini dekat dengan pantai maka banyak orang luar daerah yang datang dan berbaur dengan masyarakat asli disini, muncullah seorang wanita yang bernama Nyai Srigati yang cantik di tempat ini lalu mengajak para pendatang untuk berdo’a bersama-sama meminta petunjuk kepada sang Hyang Widi di tempat yang sekarang berdiri candi ini.

imusholli@ymail.com


Diakhir do’a mereka tiba-tiba muncullah burung-burung sebangsa burung Gelatik yang sangat banyak, setiap burung membawa sejenis setangkai pohon padi yang dibawa dengan paruhnya, kemudian di jatuhkan kepada para pendo’a tersebut berupa butiran padi dan kulit

padi, lalu butiran padi dan kulit tersebut oleh para pendo’a di semaikan (ditanam) di tanah ini, setelah beberapa lama muncul keajaiban, yakni butiran padi tumbuh menjadi padi berisi butiran padi berwarna kuning, yang kemudian disebut padi Sri-Kuning, sedangkan kulit padi yang ditanam menjadi butiran padi yang berisi batu permata yang berkilauan, hasil panen ajaib ini dikumpulkan semua di rumah Nyi Srigati, sisanya oleh Nyi Srigati dibagi-bagikan kepada para penduduk setempat, biarpun Nyi Srigati kaya-raya tetapi ia seorang janda karena ditinggal mati oleh suaminya, sehingga ia mendapat gelar Mbok Rondo Dermo.

Suatu ketika para pendatang yang ikut berdo’a ingin menjualkan hasil panen ajaib ini ke luar daerah dan di ijinkan oleh Mbok Rondo Dermo, di tengah perjalanan muncul niatan jahat dari mereka, yakni mereka ingin hasil penjualan tersebut tidak lagi di serahkan kepada Mbok Rondo Dermo melainkan disimpan untuk diri-sendiri, tetapi apa yang terjadi?

Prahu yang mereka tumpangi tiba-tiba terbalik dan seluruh penumpang bersama hasil panen jadi tenggelam seluruhnya, yang kemudian tempat ini diberi nama desa Gunung Prau di lereng Gunung Penanggungan. Jasad-jasad tak bernyawa (Bhs.Jawa: Bathang) yang dianggap MALING oleh Mbok Rondo Dermo banyak berserakan kemana-mana, maka jadilah nama daerah di sekitar sini, antara lain; Desa Gunung Gangsir, Desa Selo Tumpuk, Desa Sumber Tumpuk, Desa Selo Kambang, Desa Kebon Candi, Desa Babat, Desa Kedaten, Desa Kesemi, Desa Soboh, Desa Purwodadi, Desa Pucang, Desa Kebo Ireng, Desa Wonokoyo, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Sedangkan bangunan candi ini merupakan tugu peringatan, untuk memperingati kesuksesan bercocok tanamnya Nyi Srigati alias Mbok Rondo Dermo. Karena dibangun terus- menerus secara bertahap tugu ini berubah jadi candi.

Menurut si-empunya cerita, candi ini dibangun secara bertahap yang dinding-dindingnya di tempeli hiasan dari batu bata yang indah, dan pada waktu jaman pendudukan Jepang di sini, banyak hiasan-hiasan di candi ini yang diambil oleh pihak Jepang.



2.6. Fungsi Candi.

Candi ini kemungkinan besar difungsikan sebagai tempat suci untuk ibadah umat agama Hindu, disamping itu juga sebagai hadiah atas keberhasilan bercocok tanam masyarakat di sini, sehingga daerah ini dibebaskan membayar pajak tetapi sebagai imbalannya masyarakat harus menjaga tempat suci ini, dan seperti kebanyakan candi-candi lain biasanya juga difungsikan sebagai makam para pejabat istana kerajaan, terus siapa yang dimakamkan di candi ini? Sampai saat ini belum ada sumber resmi yang ditemukan!


imusholli@ymail.com


BAB III

P E N U T U P


1. Kesimpulan.

Kesimpulan sementara yang kita dapat-kan dari Laporan Penelitian kali ini adalah seperti sebagai berikut;

1.1. Candi ini seluruh bangunan-nya terbuat dari bahan bangunan Batu Bata

(Tanah Liat yang dibakar)

1.2. Candi ini memiliki ciri khas yang berbeda dari candi yang lain di Jawa Timur,

justru candi ini lebih memiliki ciri-ciri candi Jawa Tengah.

1.3. Memiliki ciri-ciri fisik, antara lain:

  • Bentuk bangunannya segi empat bertingkat, semakin ke atas semakin mengecil (seperti Pagoda).

  • Lantai candi dua tingkat, yakni lantai dasar (tanah) dan lantai utama candi.

  • Seluruh bangunan terbuat dari batu-bata.

  • Ukuran bangunan: Panjang = 20 meter, lebar = 17 metr

Dan tingginya kira-kira 30 meter.

- Arah hadap ke barat (Gunung Penanggungan)


    1. Lokasi candi ini berada di Dusun Keboncandi - Desa Gunung Gangsir -

Kecamatan Beji.

1.5. Candi ini memiliki ornamen atau hiasan yang unik, yaitu ornamen relief burung

Gelatik, Relief Manusia berkaki burung, seeokor Bulus, Anjing, Buaya, Babi, Kuda

terbang, seekor Gajah, dan Bunga Teratai di dalam Jambangan atau Kendil yang

indah, juga terdapat Lingga dan Yoni merupakan identifikasi dari Dewa Siwa.

1.6. Candi Gunung Gangsir ini bergaya jaman Mataram Hindu Medang Jawa

Tengah awal abad ke-10 Masehi, yang kemungkinan di bangun pada masa raja

Mpu Sindok.

1.7. Legenda yang mengiringi keberadaan candi ini mengisahkan tentang butiran biji

padi yang ajaib dan tokoh Mbok Rondo Dermo.

1.8. Fungsi Candi ini memang belum jelas, tetapi dari cerita rakyat dan buku sumber

yang ada menunjukkan bahwa sebagai hadiah atas keberhasilan bercocok tanam

masyarakat, dan juga berfungsi sebagai makam.


2. Saran-saran.

Bagi para pembaca mohon disadari bahwa masih banyak situs sejarah di sekitar kita yang belum terkaji dengan baik, mari hargai dan kenali budaya luhur bangsa ini agar tidak menjadi orang yang ibarat kacang lupa akan kulitnya. Jadilah bangsa yang besar karena mengagungkan Sejarah bangsa sendiri.

imusholli@ymail.com



DAFTAR PUSTAKA dan NARASUMBER



1. Sartono Kartodirdjo, dkk. Depdikbud, SEJARAH NASIONAL INDONESIA, Jilid 2, PT

Grafitas, Jakarta, 1975.


2. Drs. R. Pitono & Drs. I Nyoman Dekker, SEJARAH INDONESIA UNTUK SMA Kelas 2,

Jilid 2, UTAMA Malang, 1968.


3. Drs. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jilid 2, PT KANISIUS, Jakarta,

1973.


4. Drs. Z. H. Idris dan Drs. Tugiyono, SEJARAH UNTUK SMA, Penerbit MUTIARA, Jakarta,

1984.


5. Ibnu Soewarso, SEJATAH NASIONAL INDONESIA DAN DUNIA, Widya Duta, Surakarta,

1989.


6. Diktat fotocopy yang di tulis oleh Dinas Depdikbud Kecamatan Beji, Bangunan Bersejarah

Candi Gunung Gangsir, 1986.


7. Cerita Juru Kunci Candi.








imusholli@ymail.com










LAMPIRAN-LAMPIRAN




Photo candi Gunung Gangsir Photo: Presiden RI Pertama Ir. Soekarno

Yang selalu berpesan kepada kita agar tidak

meninggalkan Sejarah bangsa ini.


Penulis/Peneliti

imusholli@ymail.com



2 komentar:

Anonim mengatakan...

Terima kasih banyak informasinya

Kak_seto mengatakan...

Tolong di sediakan link download